BAJU BODO BAJU TERTUA DI DUNIA


BAJU BODO merupakan PAKAIAN TRADISIONAL perempuan bugis , Sulawesi Selatan Indonesia dan merupakan salah satu baju tertua di Dunia ( sekali lagi kita boleh bangga dong..). Baju yang berbentuk persegiempat dan berongga besar pada lengannya ini, terbuat dari kain MUSLIN, yang merupakan hasil tenunan dari pilinan kapas yang ditenun dengan benang katun.
Bentuk BAJU BODO sendiri berbentuk baju kurung tanpa jahitan, bagian bawah terbuka, bagian atas berlubang seukuran kepala tanpa kerah. Bagian depan tidak memiliki kancing atau perekat lainnya, pada ujung atas sebelah kiri dan kanan dibuat lubang selebar satu jengkal. Lubang tersebut berfungsi sebagai lubang keluar masuknya lengan. Atas dasar inilah maka baju ini kemudian disebut sebagai baju Pokko, baju yang tidak memiliki lengan. Pada perkembengan berikutnya kata pokko berubah menjadi tokko.
Dalam versi lain,SEJARAH BAJU BODO disebutkan kata "TOKKO berasal dari kata takku, kata takku sendiri adalah ungkapan untuk menyatakan starata sosial bangsawan. Hal ini menilik pada kata Maddara Takku, yang menunjukkan seseorang yang memiliki darah keturunan bangsawan. Secara harafiah, baju tokko bisa diartikan sebagai baju untuk kaum bangsawan.
Berdasarkan catatan SEJARAH, yakni dalam catatan perjalanan seorang pedagang Arab pada abad ke IX, kain Muslin ini pertama kali dibuat dan diperdagangkan di kota Dhaka, Bangladesh. Di Yunani Kuno, kain ini dikenal dengan sebutan Maisolos, di India Timur dikenal dengan sebutan Masalia, dan di Arab dikenal dengan Ruhm. Pada tahun 1298 Masehi dalam bukunya The Travel of Marco Polo menggambarkan kain muslin itu dibuat di Mosul, (Irak) dan dijual oleh pedagang yang disebut “Musolini”. Uniknya, masyarakat Sulawesi Selatan lebih dulu mengenal dan mengenakan jenis kain ini dibanding masyarakat Eropa, yang baru mengenalnya para XVII dan baru popular di Prancis pada abad XVIII
Pada awal munculnya, BAJU BODO tidaklah lebih dari baju tipis dan longgar sebagaimana karakter kain Muslin. Tampilan BAJU BODO masih transparan sehingga masih menampakkan payudara, pusar dan lekuk tubuh pemakainya. Hal ini diperkuat oleh James Brooke dalam bukunya Narrative of Events, sebagaimna dikutip Christian Pelras dalam Manusia Bugis, mengatakan ;
“Perempuan [Bugis] mengenakan pakaian sederhana… Sehelai sarung [menutupi pinggang] hingga kaki dan baju tipis longgar dari kain muslin (kasa), memperlihatkan payudara dan leluk-lekuk dada.”
Pada awal abad ke-19, Don Lopez comte de Paris, seorang pembantu setia Gubernur Jenderal Deandels memperkenalkan penutup dada yang dalam bahasa Indonesia disebut “Kutang” pada perempuan Jawa, namun sayang kutang ini belum populer di tanah Bugis-Makassar. Sehingga tidak janggal jika pada tahun 1930-an, masih banyak ditemui perempuan Bugis-Makassar memakai BAJU BODO/WAJU TAKKU tanpa memakai penutup dada.
KONTROVERSIAL BAJU BODO
Ajaran agama Islam mulai menyebar dan dipelajari masyarakat di Sulawesi sejak Abad ke-V, namun secara resmi baru diterima sebagai agama kerajaan pada abad XVII. Ketatnya larangan kegiatan dan pesta adat menurut ajaran islam membuat baju bodo menjadi asing dikalangan masyarakat Sulawesi Selatan.
Kontroversi ini kemudian disikapi bijak oleh kerajaan Gowa, hingga muncullah modifikasi BAJU BODO yang dikenal Baju
Labbu(serupa dengan BAJU BODO, tetapi lebih tebal, gombrang, panjang hingga lutut). Perlahan, BAJU BODO yang semula tipis berubah menjadi lebih tebal dan terkesan kaku. Jika pada awalnya memakai kain muslin (kain sejenis kasa), berikutnya BAJU BODO dibuat dengan bahan benang sutera
Bagi golongan agamawan, adanya baju labbu ini adalah solusi terbaik, tidak melanggar hukum Islam dan juga tidak menghilangkan nilai adat. Maka, saat bermunculan BAJU BODO dengan berbagai model dan variasi, seperti yang terjadi saat ini, itulah bentuk konstruksi budaya manusia Bugis-Makassar saat ini. Kombinasi dan variasi BAJU BODO yang ada saat ini, terbukti mampu diterima oleh berbagai kalangan dan lapisan masyarakat.
BAJU BODO tidak lagi sekedar pakaian adat, melainkan dapat dipakai diacara resmi, bahkan busana kerja.
-----
punyaki cerita, kisah, dongeng seputar daerah kita? ayo berbagi di PIN BBM 5AE63262

Misteri Kalelawar Soppeng

Ketika kini banyak orang tertarik dan berupaya mencari penampakan-penampakan dari dunia misteri, sejumlah warga di kota Watansoppeng menunjuk kawanan kelelawar yang bergelantungan di sejumlah pohon yang ada di ibukota kabupaten Soppeng tersebut sebagai penampakan dari suatu dunia misteri.
Menurut cerita-cerita warga, kawanan burung kelelawar yang sejak masa kerajaan memilih pohon-pohon yang tumbuh sekitar kota Watansoppeng sebagai tempat beristerahat pada siang hari bukanlah sembarang kelelawar. Burung-burung malam ini diyakini sebagai salah satu dari pasukan pengawal kerajaan yang berwujud kelelawar.
Argumen cerita rakyat itu, disebutkan, bahwa sepanjang masa kerajaan di Soppeng daerah yang menjadi pusat kekuasaan Datu (raja) Soppeng dengan radius 1 kilometer persegi yang kini sudah menjadi bagian dari kota Watansoppeng senantiasa aman dari gangguan atau serangan-serangan musuh.
Al-kisah, kelelawar ini serta merta akan berubah ujud menjadi pasukan pengawal kerajaan melakukan pertahanan sekaligus perlawanan terhadap setiap adanya gerakan pasukan lain yang akan masuk mengacau di wilayah kerajaan Soppeng.
Terpeliharanya keamanan di wilayah kerajaan Soppeng pada masa lalu itulah juga disebutkan sehingga pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1905 memerintahkan untuk membuat sebuah bangunan bergaya paduan Eropa dengan arsitektur Bugis di kota Watangsoppeng untuk kantor sekaligus tempat kediaman kontreliur Belanda.
Bahkan ada disebut-sebut jika bangunan ini dibuat sebagai salah satu tempat aman untuk peristerahatan Ratu Yuliana (Ratu Belanda). Itulah sebabnya, sebelum bangunan ini dialihfungsikan sebagai museum, warga Soppeng banyak yang menyebut sebagai Villa Yuliana sekalipun Ratu Belanda itu tidak pernah berkunjung ke tempat ini.
Keunikan-keunikan terhadap siklus kehidupan kawanan kelelawar yangmemilih pohon-pohon yang bertumbuh di areal sekitar 1 kilometer persegi di bekas wilayah pusat kekuasaan Datu Soppeng – kondisi sekarang: sebelah utara berbatasan wilayah kelurahan Lapajung (seputar pasar sentral Watansoppeng), sebelah timur denganleurahan Lemba dan kelurahan Lalabata Rilau, sebelah selatan dengan kelurahan Botto, dan sebelah bara dengan kelurahan Bila.
Kelelawar-kelelawar yang hingga saat ini masih memilih yang tumbuh di areal tersebut, pada malam hari beterbangan mencari makn hingga melintas kabupaten lain di provinsi Sulawesi Selatan, tapi pagi hari mereka sudah kembali ke pohon-pohon yang kini tumbuh di wilayah bagian pusat kota Watansoppeng.
Tidak kembalinya kelelawar ini ke pohon-pohon tersebut oada siang hari, sampai sekarang dijadikan sebagai pertanda akan adanya bahaya atau bencana yang akan melanda warga di kabupaten Soppeng.
Sehari sebelum dilakukan pelantikan dan pengambilan sumpah terhadap anggota DPRD kabupaten Soppeng periode 2001 - 2009 sejumlah pohon yang biasnya dipadati kelelawar pada siang hari di kota Watansoppeng sepi dari burung yang menggelantungkan kepala ke bawah saat beristerahat ini.
Pertanda apa? Warga kabupaten Soppeng dibuat terkejut mendengar kabar bahwa seorang peserta angikut acara pelantikan dan pengambilan sumpah anggota DPRD kabupaten Soppeng periode 2004 – 2009 mendadak pingsan di gedung DPRD kabupaten Soppeng, dan selanjutnya haritu juga menghembuskan nafas terakhir.
Beberapakali warga kota Watansoppeng berupaya memindahkan kelelawar-kelelawar tersebut ke pohon-pohon yang tumbuh di luar areal bekas wilayah pusat kekuasaan Datu Soppeng, selalu gagal. Dan , kelelawar-kelelawar itu sampai sekarang hanya mau menempati pohon-pohon yang tumbuh di lokasi bekas pusat kekuasaan Datu Soppeng yangdi dalamnya terdapat Batu LamumpatuE – batu tempat pelantikan Datu Soppeng di depan istana Raja Soppeng.
Di balik cerita misteri dan cicit-cicit bunyi kelelawar yang menghiasai pohon-pohon di kota Watansoppeng pada siang hari ternyata juga ada mitos yang menyebut, bagi siapa saja yang terkencingi kelelawar dari pohon-pohon tersebut pertand akan memperoleh keberuntungan yangtak terduga. Sedangkan bagi mereka yang tubuhnya ditimpa ‘tahi’ kelelawar merupakan alamat akan bertemu jodoh dengan pria atau wanita asal kabupaten Soppeng.
Mau percaya atau tidak, ini memang masih merupakan cerita penuh misteri dari penampakan unik kehidupan satwa berkulit legam kelelawar di kota Watansoppeng.
---
punyaki cerita, kisah, dongeng seputar daerah kita? ayo berbagi di PIN BBM 5AE63262

Peribahasa Bugis

Suku kaum Bugis adalah merupakan salah satu rumpun bangsa Melayu yang terdapat di Malaysia. Suku kaum Bugis lebih tertumpu di kawasan Pantai Timur sabah dan Selatan Semenanjung Malaysia. Suku kaum Bugis ini sebenarnya berasal dari kepulauan Sulawesi di Indonesia. Namun, suku kaum bugis telah berhijrah ke Tanah Melayu sebelum negara ini mencapai kemerdekaan lagi.
Suku kaum Bugis juga merupakan antara suku kaum terawal yang datang dan menetap ke Tanah Melayu. Suku kaum Bugis ini berhijrah ke Tanah Melayu telah menetap dan mendirikan institusi kekeluargaan serta melahirkan zuriat dan waris sehinggalah ke generasi sekarang.
Suku kaum Bugis ini juga seperti masyarakat lain yang mempunyai adat, kepercayaan, tulisan dan bahasa yang tersendiri. Walaubagaimanapun, cara dan kebudayaan masyarakat Bugis tidak jauh bezanya dengan masyarakat Melayu di Tanah Melayu.
Oleh yang demikian, keadaan ini tidak merumitkan masyarakat Bugis untuk bergaul dengan masyarakat Melayu di Tanah Melayu.
Berikut merupakan beberapa contoh peribahasa Bugis yang berjaya dikumpulkan:
1.Pada idi pada elok,sipatuo si patongkok
- Sehidup semati
2. Anre bajekmu lalopaddoko
- Baru kau tahu
3. Maloppo pacalakna naalirin na
- Besar pengeluaran daripada pendapatan
4. Mattajeng laso arung
- penantian yang sia-sia
5. Tuo na mappada aruk di wiring lareng
- Hidupnya tidak memberi erti kepada orang lain
6. Mappada canggoreng na lupai ulik na
-Orang yang tidak kenag budi
7. Mappada manuk-manuk na lupai sarang na
- Orang yang lupa daratan
8. Tuo na mappada waye di asek raung aladi
- Melakukan kerja yang sia-sia
9. Mappada huleng tepo’e seppulo eppak ompok na
- Orang yang cantik
10. Maksipak lepa-lepa
- Orang yang baik hati
11. Lele bulu tallele abiasa’ang
- Kalau bukan kita yang berubah sendiri kita tak kan berubah
12. Polo pau polo panni
-Suka hatimu lah
13. Laing ada laing gauk
- lain yang dia cakap lain yang dia buat
14. Mappada api na ape
- Benda yang cepat habis
15. Matanek pada disoppo maringeng pada di tihi
- Orang yang saling membantu
16. Mappada asu na meong
- orang yang selalu bertengkar
17. Makbura malik
- Orang yang putus asa
18. Tetong pada-pada tanre tudang pada-pada leha
- sama taraf
19. Pada alosi rippolo dua
- orang yang sama padan
20. Luttuk sipakaraja malik siparappe
- sama-sama senag sama-sama susah
21. Laing alek laing taneng-taneng
- Lain tempat lain adatnya
22. Malampek limang na
- Orang yang suka mencuri
23. Maloang mata
- Benda yang tersembunyi pun dia dapat nampak
24. Mappada mempek bosi
- Buat kerja yang sia-sia
25. Tedong mate dituju bola na dek na etai,jarum tetdeng dituju bola na tau’e naulle mita’I
- Kesalahan orang lain dia dapat lihat tetapi kesalah sendiri dia tidak nampak
26. Maloppo kabuttu
- orang yang malas
27. Makkianak arung
-melahirkan anak yang bertuah
28. Matareng parangkali na
- Hal orang lain pun dia dapat tahu
29. Mappada jukuk na kanuku
- Orang yang sangat rapat
30. Maponcok jokka aje na
- Orang yang susah untuk berhijrah atau jalan jauh
31. Mapitu-pitu
- Orang yang ingin menguasai semua benda
32. Pasampok siri
- orang yang dijadikan sebagai penutup malu
33. Mabela tettek silorongi,makawek sipakaleha
- walaubagaimana pun mereka saling membantu
34. Gemmek pada-pada melotong,ati dek na mapada
- rambut sama hitam hati lain-lain
35. Mappada asu nagalai nemmpek
- Orang yang betul-betul ditimpa kesusahan
36. Mappada manuk-manuk dunrung mattajeng huleng madennek
- Menunggu benda yang tidak mungkin ada
----
punyaki cerita, kisah, dongeng seputar daerah kita? ayo berbagi di PIN BBM 5AE63262 (khusus soppeng)

RUMAH ADAT SAO MARIO

Rumah Adat Sao Mario terletak di Kelurahan Manorang Salo Kecamatan Marioriawa, sekitar 30 km dari kota Watansoppeng. Masyarakat Soppeng lebih mengenalnya dengan nama Bola Seratu’e karena tiangnya yang konon berjumlah seratus lebih.
Di dalam kompleks Rumah Adat Sao Mario ini, terdapat berbagai jenis Rumah Adat yang bergaya Arsitektur Bugis, Makassar, Mandar, Toraja, Minangkabau dan Batak.
Rumah Adat Sao Mario disamping berfungsi sebagai museum dengan koleksi berbagai jenis barang antik yang bernilai tinggi dari berbagai daerah di Indonesia dan Luar Negeri seperti: Kursi, Meja, Tempat Tidur, Senjata.
----
punyaki cerita, kisah, dongeng seputar daerah kita? ayo berbagi di PIN BBM 5AE63262 (khusus soppeng)

Kasi Bangunka Kalo di Barru mi

Seorang ibu mengantar anaknya ke Terminal Daya, karena anaknya mau dikirim ke kampung:
Ibu kepada sopir Panther: "Pak sopir, kasi duduk didepanki anakku nah, supaya kalo tidurki, kasi bangunki kalo sudah di Barru..."
Pak sopir : "Iye bu, tenang maki..."
Ibu : "Nak, jangko tidur nah..."
Anak : "Iye mama..."
Setelah Panther mau brangkat, sekali lagi ibunya mewanti-wanti sopir dan anaknya:
Ibu : "Pak sopir, inga' ki nah, kasi bangun kalo di Barru biasa itu dia tidur belah..."
Sopir : "Iyyeee buu...tenang maki..."
Setelah dalam perjalanan, si anak tidak berhenti bertanya, setiap 15 menit bertanya..
Anak : "Pak sopir, di Barru mi?"
Sopir : "Belumpi..."
15 menit kemudian
Anak : "Pak sopir, Barru mi ini?"
Sopir : "Belum pi..."
15 menit kemudian,
Anak : "Pak sopir, sampe mo di Barru?"
Sopir : "Belum pi..."
15 menit kemudian,
Anak : "Pak sopir, Barru mi?"
Sopir : "Belum pi... Edede, tidur mako dulu nak, nanti kalo Barru ku kasi bangung jako itu.."
Akhirnya si anak tidur,
Tanpa disadari, pak sopir bablas sampe 1 kilo sebelum Soppeng, sopir pun panik, karena baru ingat, si anak masih terikut sampe soppeng, dia lupa membangunkan si anak, setelah berembuk sama penumpang, akhirnya mereka memutuskan untuk balik ke Barru untuk ngedrop si anak yang ketiduran...
Setelah perjalanan panjang, akhirnya sampe juga di Barru ...
Sopir : 'Ooe, nak, bangun mako, di Barru mi ini..."
Anak : (gosok-gosok mata baru bangun) "Hmmm iye, di Barru mi kah pak?"
Sopir : "Iyo, ada ji yg jemputko?"
Anak : "Ooh ndaji Om, na bilang mama ku, kalo di Barru mi, na suruhka makanki nasi dosku, mauka ke soppeng bela..."
Supir : "Anasuntili ini anak!!"
klo lucu silahkan di share grin emoticon
----------
add pin kami 5AE63262 berbagi cerita
seputar cerita, dongeng dan kisah kampung kita soppeng tercinta

Hitung Coca Cola

Seorang bapak menyuruh anaknya Aco yang masih berusia 6 tahun.
Bapak: "Aco... Sini nak.. Ini uang pi ko beli cocacola di warung, 1 utk bapak, 1 untuk ibu, 1 untuk kakak trus 1 untuk kau... jadi brapa semua cocacolanya?"
Aco: "3 bapak.." Dgn polosnya..
Bapak: "Bapak ulang nah.. 1 untuk bapak, 1 untuk ibu, 1 untuk kakak trus 1 untuk kau... jadi brapa smua cocacolanya..?"
Aco: "3 bapak.."
Bapak: "Aco.. Aco.. Dongomu itu! Apa ji ko belajar di sekolah.. Coba ko hitung lagi, klo salah lagi bapak cubit ko, Co.. 1 untuk bapak, 1 untuk ibu, 1 untuk kakak trus 1 untuk kau... jadi brapa smua cocacolanya..?" (Dengan nada emosi...)
Aco: "3 bapak.."
Bapak: "Dongo mentong kau, aco" sambil mencubit aco.. "Brapa smuanya?!!"
Aco: (Sambil menangis): "3 ji cocacola bapak... mauka minum fanta saya..."
**cerita kiriman dari rahmat, liliriaja**
------
Punyaki cerita, kisah, dongeng seputar daerah kita, soppeng tercinta?
ayo berbagi di PIN BBM 5AE63262
cerita yang menarik kami akan share disini smile emoticon

Makam Bernisan ‘Hulu Keris’ di Soppeng

Selain kuburan-kuburan batu yang menjadi salah satu daya tarik kunjungan wisatawan mancanegara ke Tana Toraja, wilayah Sulawesi Selatan sebenarnya memiliki banyak makam atau kuburan tua yang unik dari segi bentuk maupun penampilannya.
Di Tosora Kabupaten Wajo, misalnya, terdapat sejumlah kuburan yang nisannya menggunakan meriam (jagur) yang dipasang terbalik. Sejumlah makam tua di Binamu Kabupaten Jeneponto ditandai bukan memakai nama asli tapi menggunakan nama gelaran orang yang dimakamkan di kuburan tersebut.
Makam dengan nisan berbentuk hulu badik (keris) di Kabupaten Soppeng
Dalam komplek makam kuno Jera Lompoe di Kabupaten Soppeng, ada sebuah makam yang nisannya dibuat berbentuk hulu Badik (keris). Dan inilah satu-satunya makam di Provinsi Sulawesi Selatan yang menggunakan bentuk hulu Badik, senjata tradisional khas leluhur suku Bugis-Makassar.
Hingga saat ini, masih banyak yang belum mengetahui jika komplek makam tua yang berlokasi di Kelurahan Bila, sekitar 2 km dari Kota Watansoppeng, ibukota Kabupaten Soppeng tersebut merupakan salah satu makam kuno kalangan raja-raja dan keturunannya tempo dulu.
Bahkan komplek makam Jera Lompoe seluas 85 x 75 meter itu, sejak 6 Nopember 1981 diresmikan sebagai salah satu Taman Purbakala di Provinsi Sulawesi Selatan. Namun, komplek makam ini hanya terlihat ramai dikunjungi peziarah menjelang bulan puasa (ramadhan), hari raya Idul Fitri dan Idul Adha setiap tahun. Di luar hari-hari tersebut, komplek makam kuno tersebut tampak lengang dari peziarah.
Kehadiran makam Jera Lompoe di Soppeng diperkirakan mulai abad ke-17, setelah ajaran Islam menyebar ke wilayah Soppeng. Hal itu dapat dilihat dari posisi makam yang keseluruhannya mencirikan cara pemakaman jenazah orang beragama Islam yaitu membujur arah utara - selatan.
Dugaan itu pun diperkuat dengan salah satu makam yang nisannya bertulisan arab : ”Allah Lailaha Illallah Muhammadarrasulullah.” Meskipun, makam ini sampai sekarang belum bernama, belum diketahui siapa sesungguhnya yang dimakamkan di situ. Inilah salah satu dari dua makam di komplek makam tua Jera Lompoe yang nisan di bagian kakinya terbuat dari batu berbentuk hulu Badik (keris) polos tanpa ukiran.
Sedangkan makam satunya, yaitu kuburan Panglima Perang Kerajaan Soppeng, Watanglipu La Mataesso, nisan di arah kaki dengan ukuran agak besar berbentuk hulu badik (keris) berukir indah. Demikian dengan nisan di bagian arah kepala menyerupai gada juga berukiran mozaik yang menawan.
Makam Datu Soppeng ke-16, La Tenribali merupakan yang terbesar di komplek makam Jera Lompoe. Bersisian dengan makam istrinya Tenri Kawareng. Di samping makam Raja Soppeng ke-28, Datu La Mappapoleonro, terdapat makam istrinya Tenriawaru yang juga adalah Pajung (Raja) Luwu ke-23. Pajung Luwu ke-23 ini dilantik menjadi Raja Soppeng ke-29 menggantikan kedudukan suaminya ketika meninggal dunia.
Dalam komplek pekuburan tua ini juga terdapat makam Adatuan Sidenreng (raja dari wilayah Sidenreng-Rappang) berdampingan makam istrinya, Tenriallu Arung Mapalu.
Melihat sejumlah makam raja dan keluarganya yang berasal dari wilayah di luar Soppeng yang juga terdapat di komplek makam tua Jera Lompoe tersebut, para pengamat sejarah dan kepurbakalaan sejak lama menunjuknya sebagai fakta otentik bahwa orang-orang di Sulsel sejak masa lampau telah berupaya menghidupkan benih persatuan dan kesatuan yang kemudian menjadi modal utama terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Demikian juga dengan nisan berbentuk hulu keris di komplek makam Jera Lompoe yang merupakan satu-satunya dapat dilihat di wilayah Provinsi Sulsel. Dari bentuk nisan itu dapat ditelusuri untuk dijadikan bukti kuat kemungkinan telah terjadinya komunikasi pemerintahan dan kebudayaan yang erat antara raja-raja di wilayah Bugis-Makassar (Sulawesi Selatan) dengan raja-raja di wilayah Mandar (Sulawesi Barat) sejak masa silam.
Pasalnya, bentuk nisan berhulu Badik (keris) yang terdapat di komplek makam Jera Lompoe Kabupaten Soppeng (Sulsel) juga bentuk nisan yang sama dapat dilihat di sejumlah makam tua, seperti di komplek makam Mara’dia Pamboang, makam Ka’ba, makam Kubang, makam Puang Rambang, makam Nenek Ular, dan makam Nenek Roso yang ada di wilayah Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat.
-----
Punyaki cerita, kisah, dongeng seputar daerah kita, soppeng tercinta?
ayo berbagi di PIN BBM 5AE63262
cerita yang menarik kami akan share disini smile emoticon